Jumat, 30 September 2011

five

Olahraga, lagi. Sekarang hari Rabu. Jadwal sekolah ini samasekali aneh. Masak olahraga seminggu dua kali? Gak jelas banget.
Putra sudah sehat. Kata Ilham Putra kemaren kepalanya pusing. Jadinya gak masuk.
Voly lagi, voly lagi. Karena kemaren waktunya gak cukup, kelompok cowok belum penilaian. Anak perempuan disuruh Pak Pardi berlari memutari GOR Trilomba Juang satu putaran. Selesai berlari, anak perempuan lain berlari ke warung soto atau bubur kacang ijo atau bubur ayam sekedar untuk mengganjal perut. Tara yang membawa bekal dari rumah memilih untuk membeli segelas aqua dingin sambil duduk di rerumputan bersama Tria dan memperhatikan voly anak laki laki. Anak laki laki itu staminanya emang bagus ya. Satria, Aldo dan Faris dapat 78. Ilham, Yudis, Kevin, dan Rama dapat 79. Fahri, Naufal, Dean dan Fadil dapat 76. tuh kan. Keren banget.
Giliran terakhir adalah Putra. Karena dia berbaris di urutan belakang. Faris melemparkan servis ke Putra. Whuung.. bola melayang. Dan langsung dipukul keras oleh Putra. Duuk! Tinggi banget, jauh, setelah diukur sampe tiga meter jauhnya. Waw! Kayaknya tu bolanya jadi empuk, gitu. keren banget!!
Nilainya melejit, 79,5 (gak terlalu melejit sih) tapi pemegang nilai itu Cuma dia.
Tara yang kemaren gak bisa membalas servis dari Kevin, langsung netesin air mata. Sumpah, lebay memang, tapi Tara bener bener spechless. Keren banget!!!!! Ya ampuuun... dia itu laki laki yang biasa banget. Tapi gak tau, sekarang Tara jadi lebih sering ngawasin tu cowok.
“Tri, kayaknya elo gak salah milih cowok,” ujar Tara kepada Tria setelah jiwa nya balik lagi.
“Masak? Dia udah punya pacar belom ya? Gue tau adanya dia di sekolah ini aja baru pas tahun pelajaran ini. Haha.” Balas Tria.
“Gue mah, pas MOS pernah ngobrol. MOS-Matriks taun lalu kan gue sekelas sama dia,” kata Tara.
“Waaah.. dia enak diajak ngobrol gak, Tar? Orangnya kayak gimana? Asik? Seru? Bawel? Ngebetein?”
“Sumpah ya, gue kan Cuma pernah ngobrol sekali. Dan pas itu gue Cuma ngobrol sebentar, nanyain apakah dia kenal dengan tetangga gue yang satu sekolah sama dia dulu, jadi mana gue tau dia orangnya kayak gimana,”
“Yaah, tapi, kesan elo waktu ngobrol sama dia gimana? Kesan pertama pasti punya kan...”
Tara mengernyitkan kening. “Emm, orangnya keren sih, kalo diajak ngobrol nyambung. Ya semacamnyalah, tapi tenang aja, gue gak tertarik.”
“Hmm.. tipe gue banget! Gue gak mau sama cowok yang monoton,” ujar Tria sambil menyedot aquanya.
“Ya udah, pacarin tuh si Putra,”
“Maunya sih, gitu...”
“Gue gak mau ah, pacaran sama orang kayak gitu, apalagi kayaknya dia jadi orang nomer satu di daftar harus dikalahin gue,”
“Payah lo, Tar! Masak, gebetan sahabat sendiri dijadiin musuh, sih.”
“Hehe, udah ah, ke sekolah yok!”
“Ayo,”
Dua sahabat itu berangkulan dan berjalan beriringan. Tanpa sepengetahuan Tara, ada yang memperhatikan Tara.
Pelajaran terakhir adalah seni rupa dan lukis. Ada dua jam, jam pertama digunakan untuk seni lukis. Tara membatin, ‘akankah gue dibuat spechless dengan Bagus Saputra ini lagi? Apalagi yang mau dia lakuin?’
Seni lukis, anak anak disuruh untuk membuat lukisan yang menggunakan imajinasi. Tara gak bisa gambar. Jadi meskipun imajinasinya bagus, gambarnya samasekali gak keruan dan norak. Tara sampe menulis namanya dengan huruf yang sangat kecil agar orang orang gak tau itu adalah lukisan Tara.
Putra gak berulah. Tria asyik dengan lukisan kupu kupunya. Tara sudah selesai dengan lukisan noraknya. Lalu mengerjakan hal lain. Saat semua murid sedang serius didepan kertas gambarnya, Pak Mono, guru seni lukis menerima telpon. Pak Mono bangkit dari duduknya setelah memutuskan sambungan telponnya.
“Anak anak, sekarang saya harus segera ke Yayasan. Tara, nanti kumpulkan semua lukisan dan taruh di meja saya ya, maaf sekali lagi,”
Pak Mono berbicara sangat cepat. Beliau meraih sketch booknya dan pergi keluar kelas. Tara hanya mengangkat bahu, lalu kembali ke kegiatannya, mengerjakan Kumon.
Setengah jam kemudian, kertas kertas sudah berkumpul di Tara. Tara melihat hasil lukisan teman temannya satu persatu. Di lukisan Putra, wow, keren banget. Gambar seekor gajah bersama anaknya yang ditawan oleh puluhan prajurit berperisai. Biasa aja sih, tapi dari gambarnya kelihatan banget dia berselera yang setara dengan Picasso.
Saat seni musik, anak anak disuruh untuk mengaransemen lagu. Tara juga gak mudeng apapun tentang not not. Saat dia melihat ke Putra, Putra sedang mengajari Yudis mengaransemen lagu Padamu Negeri. Yang namanya mengajari, berarti dia sudah bisa dan paham, kan? Pinter banget sih tu anak!! Tara mulai berambisi, Putra adalah anak yang harus dia kalahkan. 

0 komentar:

Posting Komentar